Senin, 06 Juni 2016

kisah oseng-oseng tepung dan kacang goreng

Kuliah di Luar negeri memang menyenangkan, namun tetap saja ada beberapa hal yang kita harus beradaptasi dan harus bisa survive dengan cepat,masalah keuangan adalah salah satu masalah yang akan kalian hadapi jika sekolah diluar negeri, terlebih jika kalian bukan dari keluarga yang kaya banget, hal ini membuat kita harus pandai- pandai mengatur uang, alias berhemat haha, karena mata uang kita yang masih lemah semua terasa jadi mahal, jadi disinilah kami harus pintar-pintar menyiasiati uang bulanan kami.

Mata Uang China adalah Yuan atau Rmb disini disebut kuai juga, kalau menurut kurs 1 Yuan = Rp 2.067,- alias dua kali lipat dari mata uang kita, jika sekali makan di dalam kampus saja bisa sekitar 8-10 kuai alias sekitar 20 ribu rupiah dalam sehari saya bisa menghabiskan Rp 60.000,- dan sebulan bisa menghabiskan sekitar Rp 1.800.000,-  jumlah yang sangat banyak bagi kami dengan kiriman uang bulanan yang pas-pasan, padahal itu hanya untuk makan pokok saja dan pastinya saya harus dapat membeli barang kebutuhan lainnya.

Akhirnya saya, teman-teman  sekamar dan irwan teman satu kloter saya dan mba wen semua berjumlah 6 orang,yang menamakan diri kami Soleh Family bertekad untuk memasak demi keberlangsungan hidup kami, mahasiswa kere yang tinggal di luar negeri wkwkw, dan ternyata dengan memasak kami bisa jauh lebih hemat, kami biasanya di akhir minggu patungan  20 kuai atau sekitar 40 ribu rupiah dan beramai-ramai pergi ke swalayan terdekat untuk berbelanja kebutuhan memasak untuk satu minggu berikutnya.
San Lun Che kendaraan mirip bajaj



Nama swalayannya adalah Wan Jia, swalayan yang sangat berjasa dalam hidup kami selama di China, karena swalayan ini menjual sayur mayur dll dengan harga murah dibandingkan swalayan-swalayan lainnya dan sangat lengkap, semua dapat anda dapatkan disana haha, tidak terlalu jauh dari kampus, biasanya kami pergi dengan menumpang bis sekitar 3000 rupiah, naik taksi sekitar Rp 10.000,- untuk 4 orang,kami juga dapat menyewa tiantong alias sepeda listrik dengan biaya sewa sekitar 6 Ribu Rupiah perjam untuk dua orang, atau san lun che(mobil roda 3) sejenis bajaj sekitar rp 10.000,- untuk 2-4 orang bahkan beberapa kali kami pernah berjalan kaki ke Wan Jia haha.

Karena di China kantong plastik tidak diberikan secar Cuma-Cuma seperti di Indonesia, jadilah kami juga selalu membawa tas ransel dan plastik bekas untuk menghemat pengeluaran, bayangkan saja untuk satu plastic ukuran agak besar dihargai sekitar Rp 1.000,- dan kami membutuhkan setidaknya 4 plastik besar, dengan membawa rtas dan plastic sendiri hal tersebut dapat membuat kami berhemat sedikit-demi sedikit dan tentunya ramah lingkungan.

Selain berbelanja sayur,beras dll biasanya sesekali kami berbelanja ayam atau cumi untuk special dish ala-ala haha, sebagian dari kami juga berbelanja camilan-camilan murah atau buah-buahan untuk stock kalau-kalau jadi lapar diluar jam makan haha, harga sayur sebenarnya jauh lebih murah di Indonesia seikat kangkung aja disini bisa dihargai sekitar Rp 10.000 rupiah atau kol sekitar Rp 8.000,- per setengah kilo tapi semua itu tetap jauh lebih murah dibandingkan beli makanan jadi diluar, tapi yang bikin sedih bagi kami yaitu harga minyak goreng yang sangat mahal, untuk satu botol besar minyak goreng 2,5 liter dijual seharga 30 kuai atau sekitar Rp 66.000,- harga termahal untuk minyak goreng yang pernah saya beli sampai saat ini, padahal kami selalu menggunakan minyak goreng dengan harga termurah yang dapat kami temukan di rak haha.
persedian makanan untuk seminggu

struk belanja, biasanya dapat hadiah gelang kayak gitu setiap habis belanja


Selain itu ada lagi kegiatan favorit saya saat berbelanja ke wan jia, di wanjia di jual banyak sekali bermacam-macam kacang-kacangan dari kacang mete, kacang tanah yang dioseng pedes, dan lainnya yang saya gak tau namanya haha, favorit saya adalah kacang tanah dan kacang mete, nah berhubung kacang mete di jual lumayan mahal dan kacang tanah selalu habis dalam beberapa jam setelah saya membelinya. Makanya saya dan teman saya ferdiana selalu menyempatkan diri untuk icip - icip sample yang tersedia, kami sering mondar – mandir untuk mengambil sample dan langsung buru – buru pergi kalau udah di pelototin sama ayi-ayi (panggilan untuk ibu-ibu penjaga) atau kadang-kadang diomelin tapi kan ngomelnya pakai bahasa China jadi kami gak paham haha, kalau ayi-ayi nya pergi yah kadang-kadang kami balik lagi untuk makan kacangnya haha.



Kami memasak bergiliran walaupun lebih sering Irwan yang masak, walaupun dia laki-laki tapi harus diakui masakan dai jauh lebih enak dari kami para perempuan disini loh , percaya atau tidak, kemampuan memasak kami disini jadi naik drastis, karena keadaan yang memaksa sih, saya ingat sekali awal-awal memasak bahkan untuk menggoreng terong krispy aja kami gosong dan asap dimana-mana haha, tapi sekarang Alhamdulillah bisalah sedikit- dikit memasak sop ataupun oseng-oseng wkwk.

Jika memasak kami hanya perlu mengeluarkan uang 50-100 ribu untuk makan perminggu,  itupun udah dengan makan diluar kalau lagi gak sempat masak, jauh lebih hemat daripada selalu makan diluar dan Inshallah Halal nya terjamin dan lebih sehat tentunya, dan kami memiliki kebiasaan makan bersama setelah masak, dan moment inilah yang menjadi benar-benar quality time kami, dimana kami saling bercerita, bercanda hingga saling curhat yang membuat kami sangat dekat dan bisa mengandalkan satu sama lain.

Pernah suatu ketika kami kehabisan bahan makanan, namun lagi benar-benar dalam upaya penghematan dan bahan yang tersisa hanya tepung dan bumbu dapur dan taraa tepung tersebut sukses kami buat jadi oseng-oseng tepung, awalnya tepungnya kami goreng jadi kayak ote-ote atau bakwan yang kemudian kami potong kecil-kecil dan kami oseng dengan sambel,entah karena lapar atau beneran enak, malam itu kami makan dengan lahap dan penuh rasa syukur, malam itu masing – masing dari kami berjanji untuk mengingat kisah tepung kami dan kembali menceritakannya kepada orang lain jika kami menjadi orang sukses nanti aamiin, ternyata tinggal jauh dari orang tua benar-benar mengajarkan kami cara menghargai makanan.
quality time saat berbelanja




1 komentar: